Stim Flex 400A adalah sebuah unit peralatan pengobatan yang komplit dengan elektroda bipolar dan monopolar beserta chargernya.

Dengan utilitas semua frekuensi Nogier (1, 2,5, 5, 10, 20, 40, 80, 160 hertz) dan lebar arus dari 10 hingga 150 microamps guna mengobati titik telinga maupun tubuh.

Stim Flex selain dilengkapi mode otomatis yaitu pengobatan titik-titik dengan polaritas yang disarankan juga bisa memilih memakai mode manual.

This slideshow requires JavaScript.

METODE TRANSCUTANEOUS AURICULAR STIMULATION (TAS):

1. Ikhtisar: Dalam pemakaian metode ini, sang terapis akan mendeteksi dan menstimulus setiap titik telinga dengan probe elektroda yang sama. Titik telinga yang dideteksi apabila ternyata ditemukan adanya masalah segera langsung diobati dengan stimulasi arus mikro sebelum pindah ke titik telinga yang berikutnya. Inilah yang disebut sebagai transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) atau stimulasi syaraf di atas permukaan kulit (transkutan).
Sebelum memulai terapi telinga, baiknya pasien mengulangi gerakannya atau menunjukkan postur wilayah badannya yang sakit. Demikian juga penting bagi si praktisi untuk menekan atau memijat bagian tubuh pasien yang dirasa nyeri. Kebiasaan menggerakkan bagian badan sebelum treatment akan menambah keberhasilan pengobatan. Pengulangan gerakan yang sama, menunjukkan postur atau penekanan tubuh yang diikuti treatment dalam setiap pertemuan praktek ini akan mengurangi keraguan tentang prosedur pengobatan yang kadang diganggu oleh impresi subyektif yang menggugurkan kepercayaan.
Perubahan raut muka yang ditunjukkan pasien selama gerakan, atau di dalam respon karena pijatan jari, kebanyakan ditunjukkan secara verbal dengan sedikit berteriak, “duh, sakit!”.

2. Telinga bersih: bersihkanlah telinga luar dengan cairan alkohol untuk mengurangi minyak dan kotoran yang menempel di kulit. Permukaan telinga yang resik sangat penting untuk determinasi keakuratan titik telinga yang reaktif dimana nantinya akan dirangsang dengan stimulus telinga secara transkutan.

3. Perencanaan langkah pengobatan: Seperti prosedur pengobatan aurikular yang lain, buatlah konsultasi pengobatan spesifik seperti yang tercantum dalam protokol pengobatan di blog ini guna menyeleksi titik-titik telinga yang sekiranya tepat dengan kondisi sakit pasien yang akan diobati.
Langkah pengobatan pertama ditujukan untuk titik-titik lokal anatomis yang berhubungan dengan simtom tubuh yang spesifik. Jika ada lebih dari satu titik lokalnya, hanya diobati titik yang paling sakit atau yang menunjukkan konduksi elektrik tertinggi. Selanjutnya diikuti dengan titik master dan titik pendukung.

4. Pengaturan ambang batas: Praktisi yang mempergunakan alat ini pertama kali akan mengatur ambang batas yang disesuaikan berdasar lebarnya sensitifitas unit ini terhadap deteksi elektris pada titik Shen Men (Gerbang Sukma) atau Point Zero (Titik Nol). Dua titik master ini secara lebih konsisten aktif pada kebanyakan pasien. Kadangkala, stimulasi pertama ditujukan untuk dua titik master ini, baru titik-titik aurikular lain menjadi lebih mudah diidentifikasikan selama proses deteksi titik. Proses ini disebut “menyinarkan telinga”.

5. Probe aurikular: Gunakan probe aurikular untuk mendeteksi dan menstimulus telinga luar. Tarik telinga apabila perlu untuk permukaan telinga yang terlipat di dalam. Tangan satunya dari si praktisi diletakkan di belakang telinga pasien sehingga probe yang menempel di titik yang diobati mantap tidak mudah goyah. Geserlah probe aurikular itu ke seluruh permukaan telinga. Peganglah secara tegak lurus. Jangan mengambil probe buat menusuk atau menstimulus area lain di telinga. Pasien menggenggam ground lead yang terbuat dari aluminium atau tembaga di tangannya yang disambung kabel ke peralatan ini selama proses deteksi dan stimulasi pengobatan seluruhnya berlangsung. Aliran arus elektris yang keluar dari peralatan stimulasi dilewatkan kabel hingga ke ujung probe elektroda yang dipegang praktisi yang ditempelkan ke permukaan aurikular pasien. Sedang arus yang lain dilewatkan kabel ke tubuh pasien dengan cara menggenggam ground metalnya di tangan pasien tersebut. Akhirnya dengan kata lain, arus listrik yang keluar melewati kabel berujung elektroda itu kembali ke peralatan elektronik ini. Jika terjadi masalah dengan stimulasi ini, pastikan bahwa semua bagian sirkuit selalu siap dan lengkap. Dapat juga direhat sebentar dengan mencopot kabel elekroda atau ground metal yang dipegang oleh pasien dilepaskan.

6. Mode deteksi: Pendiagnosisan titik-titik telinga yang reaktif dilakukan dengan mempergunakan arus listrik rendah searah (DC). Tingkat arus mikro DC yang dipergunakan dalam pendeteksian umumnya hanya berkekuatan sekitar 2 microamps.  Pendeteksian terhadap titik yang reaktif dapat ditemukan bila terdapat indikasi bunyi yang terus-menerus, kadang melengking atau lampu led alat ini berkedip-kedip lebih terang.

7. Mode stimulasi: Titik telinga reaktif yang ditemukan dalam proses diagnosis aurikular tadi kemudian diobati dan distimulus dengan listrik arus bolak-balik (AC). Tingkat arus mikro yang dipergunakan selama pengobatan umumnya berkekuatan 10-80 microamps. Putaran treatment ini biasanya ditunjukkan dengan denyutan nada atau lampu led yang berkedip-kedip. Penting untuk membiasakan menekan tombol pada probe aurikular pada saat tempat titik reaktif telinga terpegang. Deteksi dan disusul stimulasi haruslah dilakukan pada satu titik telinga, baru dilanjutkan ke titik telinga yang lain.

8. Frekuensi stimulasi: Preset dari tingkat frekuensi stimulasi diukur dengan satu putaran per detik atau Hertz (Hz) dengan stimulasi zona spesifik dari telinga atau melalui pengobatan reflex jaringan tubuh yang dimaksud. Meskipun peralatan elektronik wilayah Asia biasanya disediakan dengan hanya satu frekuensi, umumnya 2 Hz atau 10 Hz, tetapi peralatan elektronik Amerika dan Eropa datang dengan ambang tingkat frekuensi yang bisa dipilih.

Frekuensi spesifik yang dikembangkan Nogier mengikuti aturan:
2.5 Hz untuk subtragus
5 Hz untuk concha
10 Hz untuk antihelix, antitragus dan superior helix
20 Hz untuk tragus dan intertragic notch
40 Hz untuk helix tail
80 Hz untuk peripheral ear lobe, dan
160 Hz untuk medial car lobe.

Tipe pengobatan reflex jaringan tubuh  dengan berbagai faktornya mengikuti aturan:
5 Hz dipergunakan untuk gangguan organ dalam (visceral)
10 Hz untuk gangguan otot dan tulang
40 Hz untuk gangguan syaraf (neuralgia)
80 Hz untuk gangguan organ sub-kortikal, dan
160 Hz untuk gangguan serebral (otak).

9. Intensitas stimulasi: Aturlah intensitas stimulasi sesuai dengan batas toleransi kenyerian dari pasien. Umumnya berkisar antara 10-80 microamps. Turunkanlah intensitas arus jika pasien mengeluh akan sakit nyeri dari stimulasi aurikular ini. Jika di batas intensitas terendah pun masih dirasakan nyeri, maka satu-satunya jalan dilakukan dengan menggunakan akupresur ke titik telinga yang bersangkutan. Problem utama yang menyertai stimulator elektrik adalah didesain untuk pengobatan tubuh/badan. Sedangkan permukaan kulit tubuh mempunyai tahanan lebih tinggi dibandingkan telinga. Konsekuensinya, tingkat arus elektrik yang cukup saja buat mengaktifkan titik akupunktur badan akan dirasa terlalu kuat untuk menstimulir titik aurikular. Praktisi juga diharapkan paham dan tidak bingung akan perbedaan antara frekuensi stimulasi dengan intensitas stimulasi. Frekuensi menunjuk pada angka jumlah gelombang dari arus selama periode waktu. Sedangkan intensitas menunjuk pada amplitudo atau kekuatan daya arus listrik. Intensitas berhubungan dengan sakit yang dirasa, sedang frekuensi berhubungan dengan pola dari gelombang elektrik.

10. Durasi stimulasi: Obatilah setiap titik telinga antara 8-30 detik. Kadangkala pengobatan bisa sepanjang 2 menit untuk kondisi kronis, pengobatan adiksi atau simtom yang sangat parah. Titik anatomis biasanya diobati sekitar 20 detik, sedangkan titik master hanya membutuhkan stimulasi sekitar 10 detik.

11. Jumlah titik telinga: Obati 5 sampai 15 titik per-telinga; setidaknya pergunakanlah  titik aurikular lebih dari satu apabila mungkin. Biasanya yang diobati adalah telinga luar ipsilateral (sesuai arah sisi badan) dengan area tubuh yang berhubungan dengan letak dari patologi sakitnya. Misalnya daerah yang sakit adalah tangan kiri pasien maka titik zona reflex tangan di telinga kiri yang diobati.

12. Stimulasi bilateral (2 belah telinga): Setelah mengobati semua titik di telinga bagian ipsilateral, stimulasikan juga titik-titik di belahan telinga satunya jika permasalahannya adalah bilateral. Ini justru paling umum terjadi di semua permasalahan kesehatan. Walaupun problema sakit dilokalisir berada di sisi satu dari bagian tubuh, tapi akan lebih bagus dan berdaya guna bila mengobati titik master untuk kedua telinga.

13. Tingkat sensitifitas nyeri kulit: Ketepatan deteksi titik telinga dan tingkat intensitas stimulasi yang digunakan bergantung sebagian pada derajad kepekaan nyeri yang dirasakan oleh pasien. Tingkat kepekaan mungkin bisa diungkapkan secara verbal atau bisa ditulis angka dengan skala 1 sampai 10 atau tingkat “0,1,2,3” pada peningkatan rasa ketidaknyamanan. Tanyakan kepada pasien untuk memonitor wilayah tubuhnya yang tidak enak selama stimulasi telinga. Lanjutkan mengobati titik telinga itu lebih lama jika simtom sakit itu mulai berkurang. Atau jika pasien merasakan sensasi hangat di wilayah tubuh di mana simtom sakitnya dilokalisir. Jika diperhatikan tidak ada simtom yang berubah selama 30 detik, stimulasikan titik yang lain.

14. Jumlah sesi pengobatan: Dua sampai sepuluh kali sesi aurikuloterapi biasanya dibutuhkan guna memperbaiki kondisi sakit secara lengkap. Tetapi perbaikan yang signifikan biasanya wajib dilaksanakan untuk dua sesi pertama. Melalui monitoring tingkat rasa sakit yang dirasakan di bagian tubuh, inspeksi ambang gerak dari wilayah otot dan tulang, maka penentuan perkembangan dan progresi dari sesi aurikuloterapi ini akan lebih mudah. Kebiasaan asesmen harus dilakukan sebelum dan sesudah sesi aurikuloterapi. Untuk pengobatan gangguan penyakit organ dalam dan kelenjar syaraf biasanya tidak ada simtom spesifik yang bisa ditunjukkan, sehingga harus menunggu observasi perubahan kondisi pasien. Kadang untuk gangguan penyakit otot dan tulang mungkin juga pengurangan rasa nyeri tidak bisa ditandai untuk selang beberapa jam. Sehingga pasien diharuskan melanjutkan memonitor simtom mereka sampai 24 jam ke depan setelah sesi pengobatan.